Sabtu, 09 April 2011

cystoma ovariI

CYSTOMA OVARII
A. PENGERTIAN
Cystoma ovari adalah kantung tertutup yang normal atau abnormal berlapis jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat yang terjadi di ovarium.
B. ETIOLOGI
1. Folikel de graff yang tidak berovulasi
2. Korpus luteum persisten yang mengalami perdarahan
3. Pengaruh hormon koriogonadotropin
4. Invaginasi dan isolasi epitel germinativum
5. Perkembangan yang tidak sempurna pada akhir stadium blastomer
C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PENCETUS
1. Infeksi
D. PATOFISIOLOGI
Cystoma ovari berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan oleh tingginya kadar LH. Kadar LH lebih tinggi daripada normalnya tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. LH yang terus menerus tinggi meningkatkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjaradrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista.
Tumor ini dapat bertangkai dan meluas ke dalam rongga panggul atau rongga abdomen. Tumor ini dapat berdegenerasi karena perubahan dalam aliran darah yang menuju tumor akibat pertumbuhan, kehamilan atau atrofi uterus pada menopause. Torsi atau berputarnya tumor bertangkai dapat juga terjadi. Tumor kadang-kadang dapat dipalpasi pada abdomen, tumor ini paling seringterdiagnosis jika teraba massa pada pemeriksaan panggul bimanual. Kebanyakan tumor tidak menimbulkan gejala, sehingga tidak memerlukan penanganan. Tetapi, masalah dapat timbul jika terjadi perdarahan abnormal yang berlebihan sehingga menimbulkan anemia; penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan sering berkemih dan urgensi, serta potensial untuk terjadinya sistitis; penekanan pada rektum menyebabkan konstipasi; dan nyeri jika tumor berdegenerasi atau jika terjadi torsi dari tumor bertangkai.
E. TANDA DAN GEJALA
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, terdapat perubahan hormonal atau terjadi penyulit. Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberi gejala klinik yang berarti.
Gejala akibat tumor ovarium :
1. Gejala akibat pertumbuhan
a. Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
b. Mengganggu miksi dan defekasi
c. Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedema pada tungkai bawah.
d. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak ada nafsu makan, rasa sesak.
2. Gejala akibat perubahan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi tumor dapat menimbulkan patrun menstruasi. Tumor sel granulosa dapat menimbulkan hipermenore, sedang tumor arhenoblastoma menimbulkan amenore.
3. Gejala klinik akibat komplikasi.
a. Perdarahan intra tumor (perdarahan didalam kista)
Perdarahan yang terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dari kista, menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan cepat.
b. Putaran tangkai.
Tumor bertangakai sering terjadi perputaran tangkai, secara berlahan sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri abdomen. Perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan medis.
c. Terjadi infeksi pada tumor.
Terjadi jika dekat pada tumor terdapat sumber kuman patogen seperti : apendiksitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Kista dermoid cenderung mengalami perdarahan disusul pernanahan.
d. Robekan dinding kista.
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma (jatuh, pukulan pada perut). Jika kiste hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan yang timbul secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedalam rongga peritoneum.
e. Degenerasi ganas kista ovarium.
Keganasan kista ovarium dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenomaovarii musinosum, dan kista dermoid.
4. Sindrom Meigs
Sindrom yang ditemukan oleh Meigs menyebutkan terdapat fibroma ovarii, acites, dan hidrotoraks. Dengan tindakan operasi fibroma ovarii, maka sindroma akan hilang dengan sendirinya.
F. KOMPLIKASI
1. Torsi
Komplikasi yang sering terjadi, terutama pada tumor dengan ukuran sedang. Tumor bertangkai sering terjadi putaran tangkai, secara berlahan sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri, perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan segara memerlukan tindakan.
2. Ruptur dari kista
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma. Jika kista hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan yang timbul secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedaslam rongga peritoneum.
3. Suppurasi kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri, yaitu secara hematogen atau limfogen. Kista dermoid lebih sering terkena radang.
4. Perubahan keganasan
Biasanya bila terjadi keganasan berupa CA epidermoid, kadang berbentuk sarcoma.
G. PROGNOSIS
Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar tumor itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Pada jenis musinosum kemungkinan terjadi keganasan 5-10%. Degenerasi keganasan pada dermoid sekitar 3%, biasanya bila terjadi keganasan berupa CA epidermoid, kadang berbentuk sarcoma.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Pada prinsipnya tumor ovarium neoplastik perlu operasi sedangkan nonneoplastik tidak.
Tumor ovarium yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista corpus luteum (tumor nonneoplastik). Tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan menghilang, pada pemeriksaan ulang setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium kembali normal. Oleh sebab itu diambil sikap menunggu selama 2-3 bulan sambil dilakukan periksa ginekologi ulang
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium. Pada operasi ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk mengetahui adanya keganasan atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral.
Peran perawat jika dalam tugas dapat menegakan kemungkinan tumor dibagian bawah abdomen, segera lakukan konsul atau merujuk ke puskesmas atau langsung ke dokter ahli. Perawat bertugas memberi komunikasi, informasi, edukasi, motivasi (KIEM) tentang penyakit yang diderita ibu, pegobatan tumor dengan pengobatan modern dan tindakan operasi, berikan support mental pada ibu dan keluarganya, dengarkan segala keluh kesah dengan penuh rasa empati, anjurkan selalu menjaga kondisi kesehatannya dengan istirahat cukup, makan makanan bergizi, serta menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
Penanganan untuk cystoma ovari, yaitu :
  1. Kistik
a. Kista ovari simpleks
Terdiri atas pengangkatan kista dengan serksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.
b. Kistadenoma ovarii musinosum
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika ada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada watu pengangkatan kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik ditempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.
c. Kistadenoma ovarii serosum
Penanganan pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
d. Kista endometroid
Penanganan pada kista dermoid terdiri atas pengangkatan, biasanya dengan seluruh ovarium.
e. Kista dermoid
Penanganan pada kista dermoid terdiri atas pengangkatan, biasanya dengan seluruh ovarium.
2. Solid
a. Fibroma ovarii.
Penanganan terdiri atas operasi yaitu ooforektomi.
b. Tumor Brenner.
c. Maskulinovoblastom.
Penangannya terdiri atas pengangkatan tumor bersama ovarium.

DIABETES MELLITUS (DM)


Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
·  Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.

Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
·  Tipe Penyakit Diabetes Mellitus
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
·  Kadar Gula Dalam Darah
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.

Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.

Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.

Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.
·  Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.